Thifa Taman Bestari Sekolah Rumah
Thifa dan Games Elektronik
Kamis, 24 Januari 2008
Meskipun kenal perangkat elektronik sejak kecil, Thifa tidak dibiasakan untuk bermain dengan menggunakan alat elektronik seperti komputer, laptop, atau video-games. Nonton film atau tayangan televisi juga 'dibatasi', meski gak kaku-kaku banget. Baru setelah usia 3,5 tahun, Thifa berkenalan dengan situs interaktif di internet (www.rainforestmaths.com). Terus, ikutan chatting sama Bulik, Tante, Budhe, teman-teman Bunda. Baru setelah usia 4 tahun, kami membelikan cd edu-games. Kenapa baru setelah usia 4 tahun, berikut adalah alasannya :

  • Secara fisik, kemampuan mata anak baru akan berfungsi secara optimal (100%) pada usia 6 tahun. Ini kata dokter matanya Thifa (pssst... Thifa rajin ke dokter mata sejak usia 7 bulanan, kontrol ajah.. jangan sampe kecolongan pake kacamata kayak ayah bundanya, hehehe). Nah, di usia yang 4 tahun ini saja baru 80% matanya berfungsi. Jadi, jangan terlalu dipaksa ini dan itu dulu.
  • Gambar elektronik adalah gambar yang bergerak. Nah, kalau sejak kecil mata dibiasakan untuk diam dan terbuai oleh gambar elektronik yang bergerak, niscaya matanya jadi malas untuk bergerak. Alhasil, mata akan cepat lelah, bahkan menjadi malas ketika harus membaca teks, karena mata yang harus bergerak. Fakta ini disarikan dari informasi-informasi yang Bunda baca ya...
  • Ayah dan Bunda ingin agar Thifa membangun interaksi dulu dengan manusia, sebaya, lebih besar, dan lebih kecil. Karena, lebih mudah berinteraksi dengan elektronik yang nurut apa kata manusia. Jadinya, Ayah dan Bunda ingin Thifa memiliki kesiapan dulu dan mampu mengarahkan dirinya sendiri untuk melakukan suatu hal. Jangan sampai ia yang dikendalikan oleh alat elektronik.
Tapi, bukan berarti permainan elektronik ini buruk dan harus dihindari lho... Ada manfaat yang bisa didapat dari alat elektronik ini. Berikut Bunda sarikan informasi dari sebuah situs tentang peran orangtua teradap permainan elektronik.
  • Ajukan pertanyaan kepada anak terhadap permainan elektronik favoritnya. Tujuannya, agar anak berpikir mengenai proses yang terjadi. Jadi proses berpikirnya tetap aktif, tidak hanya pasif mengikuti apa yang terjadi. Pertanyaan misalnya, "kakak, kalau kakak pencet tuts yang itu, apa yang akan terjadi?"
  • Tanyakan pada anak, pengalaman atau informasi apa yang didapatnya dari suatu permainan baru atau level yang lain. Orangtua sebaiknya menggali pemahaman anak mengenai permainan yang dilakukannya.
  • Beri batasan waktu dalam memainkan permainan elektronik. Kegiatan lain seperti main di luar rumah, berinteraksi dengna teman dan keluarga, membuat prakarya, dan sebagainya harus mendapat porsi yang seimbang. Percaya dehh... :)
  • Orangtua harus periksa dulu keamanan dan manfaat dari permainan elektronik yang mau dibeli. Ada lho rating tentang games elektronik ini.
di situs ini juga ada panduan tentang memilih software yang bagus untuk perkembangan anak.
  • Ada tingkat kesulitan yang berbeda pada setiap level. Jadi, orangtua bisa menyesuaikan dulu level kesulitan dengna kemampuan anak, baru nanti anak mengeksplorasi dan ketika ia sudah terampil, anak bisa melangkah ke tingkat kesulitan yang lebih tinggi sesuai kemampuannya.
  • Ada kesempatan untuk mengambil keputusan. misalnya, untuk memilih karakter atau warna, sehingga anak bisa mengembangkan kemandirian dan pengendalian diri.
  • Memungkinkan untuk bermain lebih dari satu pemain. Sehingga, anak bisa berinteraksi dengan orang lain dan juga mengembangkan kemampuan berpikir dan berdiskusi.
  • Tidak boleh ada kekerasan (violence) dan stereotipi. Jadi, tidak boleh ada karakter atau kegiatan yang gender atau cultural bias. Nah, ini Bunda belum bisa menerjemahkan dengna tepat, tapi kira-kira artinya begini : sebaiknya karakter atau kegiatan yang ada di game tidak merujuk pada budaya atau perbedaan gender yang negatif. Juga jangan sampai ada karakter yang menyelesaikan persoalan atau konflik dengan cara kekerasan.
Nah, jadi??? ayo bermain, manfaatkan teknologi, tapi jangan lupa aturan-aturannya yaaa... :)